Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Regional

PLN UID KSKT, Elektrifikasi Desa Rampung 2027

×

PLN UID KSKT, Elektrifikasi Desa Rampung 2027

Sebarkan artikel ini

SiarNusantara.id – Listrik adalah cahaya pertama yang menyalakan harapan. Ia bukan sekadar arus yang merambat di kabel-kabel, melainkan pintu menuju segala kemungkinan.Ada banyak cerita di balik terang itu, termasuk cerita yang mungkin luput: bagaimana PLN UID Kalselteng menembus hutan lebat, melintasi sungai yang tak selalu jinak, hingga menjangkau desa-desa yang namanya bahkan tak tercatat di peta.

Iwan Sulistijono, General Manager PLN Unit Induk Distribusi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (UID KSKT), paham benar dengan kondisi geografis di kedua provinsi tersebut. “Ada desa yang hanya bisa dicapai lewat jalur sungai, ada pula yang terhimpit hutan lebat,” ujar Iwan Sulistijono menganggap semua itu tak ubahnya ekspedisi.“Tak jarang, izin dan proses birokrasi membuat langkah tertunda” tambahnya kepada Siar Nusantara.

Selain membangun jaringan fisik, PLN UID KSKT juga memperkuat pelayanan lewat digitalisasi. Dari pembayaran tagihan, pengaduan, hingga monitoring jaringan.

Baginya, membangun listrik di Kaliman- tan bukan perkara teknis semata. Birokrasi perizinan lintas instansi sering kali jadi tan- tangan yang tak kalah rumit dari jalan terjal. Terlebih, jaringan kerap harus melintasi hutan lindung atau lahan industri. “Setiap wilayah punya cerita, dan setiap cerita harus kita jawab dengan solusi,” ujarnya.

“Dengan sinergi pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, listrik bisa sampai ke mana pun. Visi kita sama men- erangi negeri hingga ke pelosok,” urainya.

Hasilnya, angka elektrifikasi tetap bergerak naik. Di Kalimantan Selatan, rasio desa berlistrik sudah 99,36%, sementara di Kalimantan Tengah mencapai 83,39%. “PLN UID KSKT menargetkan program listrik desa tuntas pada 2027, dengan target khusus tahun 2025 ini membangun jarin- gan listrik di 10 desa di Kalsel dan 7 desa di Kalteng,” jelasnya.

Di saat yang bersamaan, Sulistijono mengingatkan, tugas PLN bukan hanya men- yalakan lampu, tetapi juga mengubah wajah energi Indonesia. Dengan kata lain, ketergantungan pada batu bara yang selama puluhan tahun jadi tulang punggung listrik harus dikurangi. “Cadangannya menipis, dan dampak lingkun- gannya nyata. Kita harus beralih,” ujarnya.

Energi baru terbarukan (EBT) menjadi poros baru. Di Kalselteng, pasokan listrik se- benarnya sudah lebih dari cukup. Tapi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2030 tetap meny- iapkan tambahan kapasitas berbasis energi hijau. Antara lain, pembangkit listrik tenaga surya, tenaga air, dan lainnya.

Tak berhenti di situ, dia juga menying- gung opsi yang dulu dianggap tabu, nuklir. “Di banyak negara, nuklir sudah terbukti aman dan ramah lingkungan. Teknologinya berkembang, bahkan lebih hijau dibanding PLTU,” urainya.

Di Indonesia, bahan baku seperti ura- nium tersedia. Jadi kenapa tidak?” tambahnya. PLN, kata dia, sudah memasukkan PLTN dalam rancangan RUPTL 2025–2030. Namun, ia menegaskan, syarat utamanya adalah aspek keselamatan, regulasi, dan dukungan masyarakat. “Saya yakin, Indonesia mampu memasti- kan semua itu terpenuhi,” tegasnya.

Selain membangun jaringan fisik, PLN UID KSKT juga memperkuat pelayanan lewat digitalisasi. Dari pembayaran tagihan, pen- gaduan, hingga monitoring jaringan. “Semuanya diarahkan agar pelanggan merasakan layanan lebih cepat, transparan, dan efisien,” ujarnya. “Teknologi digital bukan sekadar gaya, tapi kebutuhan agar listrik benar-benar jadi pintu menuju kesejahteraan,” tambahnya.

Bagi PLN, listrik adalah hak dasar yang mesti dirasakan setiap warga, bukan fasil- itas mewah. Karena itu, strategi pelayanan berkeadilan selalu jadi fondasi. “Baik di kota besar seperti Banjarma- sin maupun di desa pedalaman Barito, hak untuk mendapat terang harus sama nilainya,” jelasnya.

Seperti lampu pijar yang pertama kali berpendar di rumah panggung tepi sungai, ditekannya, tugas PLN UID KSKT bukan hanya menyalakan listrik, melainkan harapan. “Listrik itu bukan sekadar cahaya,” ujarnya. “Keberadaan kami menghadirkan terang yang berkeadilan dan berkelanjutan di Bumi Borneo,” kata Iwan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *