Siarnusantara.id – Dalam era disrupsi digital dan globalisasi yang kian masif, Kopri Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) tampil sebagai motor gerakan perempuan yang adaptif, inklusif, dan berdaya saing. Wulansari, Ketua Kopri PB PMII, menegaskan bahwa organisasi ini tengah mengakselerasi transformasi gerakan melalui trilogi 3B: Berdikari, Berdaya Bersama KOPRI, dan Berdaya Saing Global.
“Kita harus membangun kesadaran kolektif bahwa KOPRI bukan sekadar ruang advokasi, tapi ekosistem yang menjembatani kader perempuan menuju ruang profesionalisme dan intelektualisme,” ujar wanita murah senyum yang akrab disapa Wulan Sari ini. KOPRI telah merumuskan roadmap strategis melalui workshop orientasi organisasi. Fokusnya: meningkatkan kiprah perempuan di berbagai sektor, mendorong meritokrasi organisasi, dan mengembalikan fitrah kader agar selaras dengan tujuan akademik dan profesional. Gerakan ini juga menekankan pentingnya kebangkitan intelektualisme di tengah arus digitalisasi.
KOPRI aktif menjalin kemitraan internasional, seperti program International Youth Connection di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Mereka juga membuka ruang diskusi tentang geopolitik global dan gerakan perempuan lintas negara. “Kader perempuan harus melek globalisasi,” tegas Wulan Sari.
Menjawab maraknya kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO), KOPRI PB PMII membentuk tim advokasi yang intensif berkomunikasi dengan para advokat. Mereka telah mengawal kasus di berbagai daerah dan berkolaborasi dengan Muslimat NU dalam pelatihan paralegal. Bahkan, KOPRI mendapat kuota 2.000 beasiswa PKPA untuk mencetak advokat perempuan muda. “Menjadi korban bukanlah aib. KOPRI akan selalu hadir bagi para penyintas,” tegasnya.
KOPRI memanfaatkan teknologi untuk pendataan, evaluasi kinerja, dan publikasi. Website resmi kopri.id menjadi kanal gagasan dan advokasi, sementara media sosial seperti Instagram dan TikTok digunakan untuk menyebarkan konten yang relevan dan kekinian. Sistem KPI internal juga diterapkan untuk mengukur capaian tiap bidang secara digital.
KOPRI aktif berkolaborasi dengan OKP perempuan, kementerian, dan lembaga internasional seperti UN Women. Mereka menyusun SOP pencegahan kekerasan seksual bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA), serta membuka ruang sinergi lintas sektor untuk pemberdayaan perempuan.
Di akhir wawancara, Wulan Sari menyampaikan pesan inspiratif: “Kader KOPRI harus memiliki kompetensi, integritas, dan
spiritualitas. Bergeraklah serempak, karena perubahan besar lahir dari tekad kolektif”, tutupnya. (SN)














