Siarnusantara.id — Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, Kementerian Agama Republik Indonesia menyelenggarakan Silaturahmi Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) 2025 di Serpong, Tangerang Selatan, pada 5–7 Agustus 2025. Forum ini menjadi ruang strategis bagi lebih dari 350 tokoh agama dan pemangku kepentingan untuk memperkuat ketahanan sosial dan merawat kerukunan lintas iman menuju Indonesia Emas 2045.
Acara dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A., yang menegaskan bahwa kerukunan umat beragama bukan sekadar tugas moral, melainkan bagian integral dari pembangunan nasional. “Kerukunan adalah fondasi peradaban bangsa. Tanpa itu, kita kehilangan arah dalam membangun Indonesia yang adil dan bermartabat,” ujar beliau.
Salah satu momen penting dalam forum ini adalah pembacaan Deklarasi Damai Nasional oleh Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kemenag, Dr. Muhammad Adib Abdushomad, M.Ag., bersama enam tokoh lintas agama nasional, yaitu:
– KH. Marsudi Syuhud – Majelis Ulama Indonesia (MUI)
– Pdt. Johan Kristantara – Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI)
– Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC – Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
– Ketut Budiawan – Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
– Philip Kuntjoro Widjaja – Perwakilan Umat Buddha Indonesia (PERMABUDHI)
– Xs. Budi Santoso Tanuwibowo – Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN)
Dalam naskah deklarasi, para tokoh menegaskan bahwa kemajemukan adalah rahmat dan kekuatan sosial yang harus dijaga secara konsisten. Mereka menyerukan pentingnya komunikasi terbuka dan dialog lintas iman sebagai instrumen utama mencegah konflik sosial dan memperkuat kepercayaan antarumat.
“Peristiwa intoleransi dan perusakan rumah ibadah yang terjadi belakangan ini menjadi pengingat bahwa ruang dialog harus terus dibuka. Kita tidak boleh membiarkan luka sosial menganga tanpa upaya penyembuhan,” tegas Dr. Adib.
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Prof. Dr. H. Kamaruddin Amin, M.A., turut menekankan bahwa sistem deteksi dini terhadap potensi konflik harus berbasis pada kepekaan sosial dan relasi antariman yang sehat. “Tidak ada keputusan baik yang lahir dari ruang tertutup. Dialog adalah jalan menuju kepercayaan sosial yang berkelanjutan,” ujarnya.
Forum ini juga menyerukan sinergi antara FKUB, pemerintah daerah, dan aparat keamanan untuk memperkuat edukasi publik, merespons isu intoleransi secara adil, serta mendorong pembangunan rumah ibadah yang inklusif dan menghormati nilai-nilai lokal.
Dengan tema “Merawat Kerukunan Umat Menuju Indonesia Emas 2045”, Silatnas FKUB 2025 diharapkan melahirkan rumusan kebijakan praktis dan komitmen kolektif dalam membangun bangsa yang damai, setara, dan beradab.